Senin, 26 Agustus 2013

ADA DUA "AIR" YANG SANGAT UNIK DI MUKA BUMI (AIR ZAMZAM DAN AIR HITAM DI SUMUR BARAHUT),


       

ADA DUA "AIR" YANG SANGAT UNIK DI MUKA BUMI

          

Betapa tidak, dua AIR ini terletak di sebuah sumur  'yang mana airnya tetap ada dan tidak pernah habis' –baik di masa sebelum Rasulullah-  maupun pada masa saat ini.  dan airnya selalu memiliki keunikan tersendiri, tiada bandingannya dengan air-air yang lain di muka bumi.
Air  apakah itu???

Jawabannya adalah:

1.      AIR  ZAMZAM yang berada di SUMUR ZAMZAM (di Makkah, Arab Saudi)

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam menyebut AIR ZAMZAM sebagai  AIR YANG TERBAIK DI MUKA BUMI

2.      AIR HITAM yang berada di Sumur LEMBAH BAROHUT  (yang berada di Hadramaut, Negara Yaman)

 Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam menyebut "AIR yang berada di sumur Lembah Barohut ini" sebagai  AIR YANG TERBURUK DI MUKA BUMI
Keterangan ini adalah bersumber dari hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ فِيهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ، وَشَرُّ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ مَاءٌ بِوَادِي بَرَهُوتٍ بَقِيَّةُ حَضْرَمَوْتَ كَرِجْلِ الْجَرَادِ مِنَ الْهَوَامِّ يُصْبِحُ يَتَدَفَّقُ وَيُمْسِي لا بَلالَ بِهَا.
Artinya:
Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
"Sebaik baik Air yang terdapat di muka Bumi adalah AIR ZAM-ZAM, karena air tersebut (seperti) makanan yang bisa mengenyangkan, dan air tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Dan seburuk-buruknya air yang terdapat di muka bumi adalah AIR YANG BERADA di Sumur LEMBAH BAROHUT, letak sumur ini di wilayah Hadhramaut, seperti kaki belalang (yang menunjukkan sumur tersebut sangat dalam), Setiap pagi air di sumur itu Naik keatas, dan Setiap sore di sumur itu airnya kering karena airnya turun lagi kedasar sumur".

(Shahih, HR Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir (11004, 11167) dan dalam Mu'jam Al-Ausat (3912, 8129), di shahihkan oleh ibnu Hibban, Tabrani, dan Al-Haitsami, serta di hasankan oleh Al-Albani (lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah: 1056) (Shahih Targhib Wat Tarhib: 1161))
------------------------------------------------------------------------
JADI KESIMPULANNYA:

AIR ZAMZAM termasuk air yang terbaik di muka bumi – karena : Air tersebut  bisa mengenyangkan seperti makanan. 

Dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit (tentunya dengan berdo'a -memohon kesembuhan kepada Allah sebelum meminumnya, karena hanya Allahlah yang bisa menyembuhkan).

Adapun AIR  di sumur LEMBAH BAROHUT termasuk air yang terburuk di muka Bumi – karena : 

1.      Airnya berwarna hitam legam seperti nanah hitam kental, mengeluarkan bau busuk dan banyak dihuni oleh hewan berbisa didalamnya (seperti kalajengking, ular, dll).''
(Sebagaimana yang di sebutkan oleh ibnu Hajar Al-Haitami dalam Fatawa Al-Haditsiyah  (1/4)) dan Abu Abdillah Muhammad Al-Fakihi dalam "Akhbar Makkah" (2/43)).
-----
2.      Kedalaman sumur itu misterius, karena tidak ada yang bisa mengukur jarak kedalamannya, Rasulullah mencontohkannya seperti kaki belalang yang begitu panjang. (lihat juga keterangnnya dalam kitab "Taisir Bisyarhi Al-Jami' As-Shaghir" karya imam Abdur Ro'uf Al-Munawi (1/1076))
-----
3.      Airnya juga aneh, kalau di pagi hari air di sumur barohut itu naik ke atas (permukaan), namun ketika sore hari turun lagi hingga ke bagian yang paling dasar, hal itu terjadi setiap hari. (Sebagaimana dalam teks hadits diatas).

Sehingga sangat berbeda sekali dengan sumur kita, kalau sumur kita akan penuh airnya saat musim penghujan, baru nanti akan mulai turun (surut) jika saat musim kemarau.
-----
4.      Konon, berdasarkan keterangan orang, di dalamnya tempat arwah orang-orang kafir (Namun keterangan ini tidak ada dalil yang shahih dari Rasulullah, jadi keterangan ini tidak bisa di jadikan hujjah)
------
5.      Sumur barohut terbentuk secara alami, Adapun ukurannya sangat besar menyerupai lembah dan dalam, serta airnya sangat buruk, sehingga tidak bisa di manfaatkan sama sekali oleh manusia. ((lihat juga keterangnnya dalam kitab "Taisir Bisyarhi Al-Jami' As-Shaghir" karya imam Abdur Ro'uf Al-Munawi (1/1076))). 
            (Lilik ibadurrahman)

Sabtu, 24 Agustus 2013

Brsilaturrahmi kepada kerabat yang memutus silaturrahmi,


Wahai teman-teman, Mari simak beberapa hadits ini. semoga bermanfaat..

Diantara 'Amalan yang mulia' adalah 'jika ada seorang yang berbuat baik kepada karib kerabatnya/sanak familinya, lalu karib kerabat nya juga menerima kebaikan orang itu, bahkan mereka membalas dengan kebaikan kepada orang tadi. (hal ini yang sering kita lakukan karena untuk mempererat tali silaturrahim meskipun tidak ada rasa permusuhan).

Namun ada amalan yang lebih mulia lagi dari pada itu, dan lebih besar pahalanya, Yaitu ketika ada orang yang berusaha menyambung karib kerabatnya disaat karib kerabatnya telah memutus hubungan tali silaturrahim (mungkin di sebabkan rasa permusuhan, perbedaan ekonomi, perbedaan manhaj, dll). Pernahkah kita mengamalkan amalan ini??.

Lihatlah PESAN NABI KEPADA SAHABAT UQBAH BIN AMIR tentang amalan yang sangat mulia ini:

عن عقبة بن عامر قال: يا رسول الله أخبرني بفواضل الأعمال فقال يا عقبة صل من قطعك... (رواه احمد في مسنده وحسنه الأرناؤوط)

Artinya:
Dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu berkata: Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku tentang amalan2 yang paling tinggi keutamaannya. Lalu Rasulullah bersabda:

"(diantaranya pesan Nabi) Wahai Uqbah!! Sambunglah tali silaturrahim kepada kerabat yang telah memutuskan (tali silaturahim) kepada engkau".

(Hadits Hasan, HR Ahmad (17334) di hasankan oleh Al-Arna'ut di dalam Tahqiq Musnad Ahmad).
---
Lihat hadits berikut juga:

Menyambung tali silaturrahim tidak hanya kepada kerabat yang biasa berbalas budi:

قَالَ رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا (رواه البخاري (5991) وأبو داود (1699) والترمذي (1908) وغيره
)
Artinya:
"Bukanlah menyambung (tali silaturrahim) itu dengan kerabat yang bisa berbalas budi, akan tetapi menyambung (tali silaturrahim) yang sebenarnya adalah

jika ada di diantara kerabat yang memutuskannya, lalu orang tersebut berusaha menyambung nya (kepada kerabat yang memutuskan tali silaturrahim)". (Shahih HR Bukhori (5991), Abu Dawud (1699), dll)
------
Memang benar, ketika ada 'kerabat kita' yang memutuskan tali silaturrahim, lalu kita berusaha menyambungnya-pasti butuh keteguhan dan kesabaran, soalnya mereka akan mencela kita, akan memaki kita, meskipun kita berusaha berbuat baik sama mereka,

hal itu karena adanya rasa permusuhan dan kebencian. Tapi insya Allah tatkala kita terus menerus berusaha berbuat baik pada mereka, lama kelama'an mereka akan sadar, dan akan baik lagi sama kita.
------
INILAH CONTOH PRAKTEK NYATA DARI SAHABAT NABI :

عن أبى هريرة قال اتى رجل النبي صلى الله عليه و سلم فقال : يا رسول الله ان لي قرابة أصلهم ويقطعون وأحسن إليهم ويسيئون إلى ويجهلون على وأحلم عنهم قال لئن كان كما تقول كأنما تسفهم المل ولا يزال معك من الله ظهير عليهم ما دمت على ذلك. (رواه البخاري في أدب المفرد (52) وصححه الألباني)

Artinya:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Ada seorang (sahabat) yang mendatangi Rasulullah dan ia berkata: Wahai Rasulullah.. Sesungguhnya aku memiliki karib kerabat, aku telah berusaha menyambung mereka, tapi mereka tetap memutuskan tali kekerabatan padaku,

aku juga berusaha berbuat baik pada mereka, tapi mereka tetap berbuat jahat padaku, dan aku berusaha berlemah lembut kepada mereka tetapi mereka senantiasa bersikap bodoh (kasar) padaku,

kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Jikalau benar sebagaimana yang engkau katakan itu, maka seolah-olah mereka itu engkau beri makanan abu yang panas –maksudnya mereka mendapat dosa yang besar sekali-

dan engkau senantiasa mendapat pertolongan dari Allah untuk menghadapi mereka itu selama engkau benar dalam keadaan yang sedemikian itu (ya'ni selama engkau masih berupaya untuk terus menyambungnya)".

(Hadits Shahih, HR Muslim dalam Shahihnya (2558), Bukhori dalam Adabul Mufrod (52))
--------
Bahkan jika kita bersedekah kepada karib kerabat yang memiliki rasa permusuhan sangat besar pahalanya jika di bandingkan dengan keabat yang masih mmiliki rasa kecintaan (dalam menjalin kekerabatan).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أَفْضَلَ الصَّدَقَةِ صَدَقَةٌ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الْكَاشِحِ . (رواه الطبراني في المعجم الكبير (3826) وابن خزيمه وأحمد والحاكم وصححه الألباني وغيره)

Artinya: "Sesungguhnya sedekah yang paling utama (untuk kerabat karib) adalah bersedekah kepada kerabat karib yang memiliki rasa permusuhan"

(Shahih HR Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir (3826), ibnu Huzaimah, Ahmad, dan Al-Hakim. Di shahihkan oleh Al-Hakim, Al-Haitsami dan Al-Albani (Shahih Targhib Wat Tarhib (893, 894, 2535)).
------
Dari sinilah coba kita praktekkan untuk senantiasa menjalin tali silaturrahim kepada kerabat-kerabat kita tanpa membedakan apakah mereka bermusuhan pada kita atau tidak (terutama kerabat yang terdekat terlebih dahulu). hal ini yang terkadang sering kita lupakan...
------
Rujukan Hadits:
Kitab Targhib Wat Tarhib Karya imam Al-Mundziri,
(Lilik ibadurrahman)

Rabu, 21 Agustus 2013

Keutamaan Doa dan Adab-Adab Do'a



Dalil-Dalil Keutamaan Doa dan Adab-Adab  Do'a

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al Mu'min: 60)

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (186)
Artinya:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al Baqarah: 186)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ» ، وَقَرَأَ: {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]- إِلَى قَوْلِهِ - {دَاخِرِينَ} [غافر: 60]

Artinya:
"Doa adalah ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…dst. sampai, "keadaan hina dina." (HR. Tirmidzi, ia berkata (2969), "Hadits ini hasan shahih.")

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
Artinya: 
"Tidak ada sesuatu yang paling mulia bagi Allah Ta'ala daripada doa." (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5392)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْه
Artinya:
"Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya." (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2418)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ، يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ، أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
Artinya:
"Sesungguhnya Tuhanmu Tabaaraka wa Ta'ala Pemalu dan Mahamulia, Dia malu jika hamba-Nya mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, namun dikembalikan dalam keadaan hampa." (HR. Abu Dawud (1488) dan Tirmidzi (3556), dan dishahikan oleh Syaikh Al Albani)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
Artinya:
“Tidak ada seorang muslim yang berdoa suatu doa yang di dalamnya tidak ada dosa dan memutuskan tali silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan karena doa itu salah satu dari tiga keadaan; bisa saja doanya disegerakan, bisa juga Allah simpan untuknya di akhirat dan bisa juga Allah hindarkan dia dari keburukan semisalnya.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika kami memperbanyak doa.” Beliau menjawab, “Allah lebih memperbanyak lagi.”
(HR. Ahmad, Al Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad-sanad yang jayyid, dan diriwayatkan pula oleh Hakim, ia berkata, “Shahih isnadnya.” Hadits ini dinyatakan “Hasan shahih” oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 1633)

ADAB BERDO'A

1.    Ikhlas karena Allah Ta'ala (lihat surat Al Mu'min: 65)
2.    Memulai dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menutup dengannya.

Fudhalah bin 'Ubaid radhiyallahu 'anhu berkata:
سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ اللَّهَ تَعَالَى، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجِلَ هَذَا» ، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ: - أَوْ لِغَيْرِهِ - «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ»
Artinya"
Fudhalah bin 'Ubaid radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan Allah Ta'ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang ini terburu-buru." Kemudian Beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya atau kepada yang lain, "Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka hendaklah ia memulai dengan mengagungkan Tuhannya 'Azza wa Jalla dan memuji-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berdoa dengan apa yang dia inginkan." (HR. Abu Dawud (1481) dan Tirmidzi (3477), dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

3.    Serius dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ لاَ مُكْرِهَ لَه
Artinya:
"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu berkata, "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki. Ya Allah, sayangilah aku jika Engkau menghendaki. Hendaklah ia serius meminta, karena tidak ada yang memaksa-Nya." (HR. Bukhari (6339) dan Muslim (2679))

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
Artinya:
"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari (orang) yang hatinya lalai lagi lengah."
(HR. Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 245)
4.    Mendesak dalam berdoa dan tidak terburu-buru.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:,

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
Artinya:
"Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama ia tidak terburu-buru, yaitu ia mengatakan, "Aku berdoa, tetapi belum dikabulkan." (HR. Bukhari (6340) dan Muslim (2735))
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda::

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: «قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاء
Artinya:
"Akan senantiasa dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim, dan selama ia tidak terburu-buru." Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu terburu-buru?" Beliau menjawab, "Ia mengatakan, 'saya sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan, akhirnya ia malas dan meninggalkan doa." (HR. Muslim (2735))

5.    Hadirnya hati ketika berdoa, lihat haditsnya di no. 3.
6.    Tetap terus berdoa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
Artinya:
"Barang siapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika lapang." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 6290)

7.    Tidak meminta selain kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala saja.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
Artinya:
"Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah." (HR. Tirmidzi (2516), ia berkata: "Hadits hasan shahih," dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

8.    Tidak mendoakan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُم
Artinya:
"Janganlah kalian mendoakan keburukan kepada diri kalian, juga jangan kepada anak kalian dan harta kalian, agar kalian tidak bertepatan dengan waktu yang jika diminta, maka Dia akan mengabulkannya." (HR. Muslim (7705))
9.    Merendahkan suara antara pelan sekali dan keras, (lihat surah Al A'raaf: 55 dan 205)
10.   Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam berdoa.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:

حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ، وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ» ، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَاب
Artinya:
"Sampaikanlah (nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali. Jika engkau tidak suka, maka dua kali, dan jika engkau ingin menambah, maka cukup tiga kali. Jangan membuat manusia bosan terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali engkau mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah kepada mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas) mereka, akhrnya kamu membuat mereka bosan. Akan tetapi berhentilah.  Jika mereka menyuruh (meminta) mu, maka sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka. Perhatikanlah masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia. Karena yang aku tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak melakukan selain itu, yakni meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari (5978))
     
11.        Merendahkan diri, khusyu', berharap dan cemas dalam berdoa,
(lihat surah Al An'aam: 43 dan Al A'raaf: 55-56)
12.         Mengembalikan barang yang diambil secara zalim kepada pemiliknya disertai dengan meminta maaf dan bertobat kepada Allah Subhaanahu wa Ta;ala. Jika ia merasa malu mengembalikan, maka ia bisa melalui kawannya agar menyerahkan barang itu kepada yang punya sambil meminta maafnya dan meminta agar tidak disebutkan namanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى :  يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً  وَقاَلَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ  ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .
Artinya:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala baik, tidak menerima kecuali yang baik. Allah memerintahkan orang-orang yang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya, “Wahai para rasul! Makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah.” Dan Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kamu.” Kemudian beliau menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalan jauh dalam keadaan rambutnya kusut lagi berdebu. Orang itu mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata, “Ya Rabbi, ya Rabbi,” padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka  bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim (2393))

13.      Makanan, minuman, dan pakaiannya dari yang halal, lihat hadits di atas.
14.       Tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim (telah disebutkan haditsnya).
15.       Mengulangi doa sebanyak tiga kali.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا اسْتَجَارَ عَبْدٌ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مِرَارٍ إِلَّا قَالَتِ النَّارُ: اللهُمَّ أَجِرْهُ مِنِّي، وَلَا يَسْأَلُ الْجَنَّةَ إِلَّا قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللهُمَّ أَدْخِلْهُ إِيَّايَ
Artinya:
"Tidaklah seorang hamba meminta perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, kecuali neraka akan berkata, "Ya Allah, lindungilah dia dariku." Dan tidaklah ia meminta surga kecuali, surga akan berkata, "Ya Allah, masukkanlah ia kepadaku." (Shahih, HR. Ahmad (12170), di shahihkan oleh Syaikh Syu'aib Al Arnauth)

16.       Menghadap kiblat, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap ke kiblat dalam doa istisqa' (meminta hujan) dan beberapa keadaan lainnya.
17.          Mengangkat kedua tangan, lihat hadits no. 13.
18.          Berwudhu' sebelum berdoa jika memungkinkan.
19.          Tidak berlebihan dalam berdoa.
Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar anaknya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana putih di sebelah kanan surga apabila aku memasukinya," maka Abdullah bin Mughaffal berkata, "Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاء
Artinya:
"Sesunggunya akan ada di umat ini orang-orang yang berlebihan dalam bersuci dan dalam berdoa." (HR. Abu Dawud (86), dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

20.    Memulai dalam berdoa untuk dirinya sendiri, jika ia hendak mendoakan orang lain.

Syaikh Sa'id Al Qahthani berkata, "Telah sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau berdoa dengan memulai dari dirinya. Demikian juga telah sah, bahwa Beliau pernah tidak memulai dari dirinya, seperti doa Beliau untuk Anas, Ibnu 'Abbas, ibu Isma'il dan lain-lain, lihat rincian tentang masalah ini dalam Syarah Nawawi terhadap Shahih Muslim 15/144, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At Tirmidzi 9/338, dan Shahih Bukhari dengan Al Fath-nya 1/218." (Ad Du'aa minal Kitab was Sunnah hal. 10)

21.          Bertawassul dengan nama-nama Allah yang indah (lihat Al Israa': 110), sifat-sifat-Nya yang tinggi, atau dengan amal saleh yang dilakukan oleh orang yang berdoa, atau melalui doa seorang yang saleh yang masih hidup dan hadir di hadapannya (sebagaiman Umar bin Khaththab meminta Abbas bin Abdul Muththalib untuk berdoa kepada Allah meminta hujan turun).

22.       Melakukan amr ma'ruf dan nahi mungkar.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
Artinya:
"Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, kamu harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah segera mengirimkan hukuman dari-Nya, sehingga ketika kalian berdoa, maka doa kalian tidak dikabulkan." (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 7070)

23.       Menjauhi maksiat.
Wallahu a’lam,

Maraji’: Adz Dzikru wad Du'aa (Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr), Ad Du'aa minal Kitaab was Sunnah (Dr. Sa'id bin Ali Al Qahthaniy), Al Mausuu'ah Al Hadiitsiyyah Al Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam li Abhaatsil Qur'ani waas Sunnah), Al Maktabatusy Syaamilah versi 3.39  dll.