Sabtu, 28 September 2013

KITA DILARANG MENCELA ANGIN.. PINGIN TAHU ALASANNYA?

  

Inilah Jawaban Kenapa Kita Di Larang Mencela Angin..


JIKA ANGIN DATANG -KITA DILARANG MENCELA ANGIN,  TAPI KITA DI PERINTAHKAN UNTUK MEMOHON KEPADA ALLAH UNTUK MENDAPATKAN KEBAIKAN DARI ANGIN TERSEBUT DAN BERLINDUNG DARI KEBURUKAN ANGIN TERSEBUT.

[Maksud dari Kebaikan hujan tersebut adalah : Agar Allah mendatangkan Angin Yang membawa kebaikan, yaitu Mendatangkan Rizki berupa air hujan) Adapun maksud dari keburukan angin tersebut adalah Angin yang mendatangkan adzab dan bencana, seperti badai, Angin besar yang merusak,dll]

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- juga melarang mencela angin, karena sesungguhnya angin itu berhembus dengan perintah Penciptanya, bukan atas kemauannya sendiri, maka mencela angin berarti mencela Allah -Ta’ala- .

Tapi hendaknya seseorang jika melihat hembusan angin yang menakutkannya hendaklah dia berdo’a dengan do’a yang dituntunkan oleh nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- sebagaimana hadits-haditsnya:
-
Hadits PERTAMA:
-
لَا تسُبُّوْا الرِّيْحَ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُوْنَ فَقُوْلُوْا اللَهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ
-
" Janganlah kamu mencela angin !!, Jika kamu melihat apa yang kamu tidak suka dari angin itu maka Berdo'alah : "wahai Allah, kami mohon kepadamu kebaikan angin ini,
dan berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, dan dari keburukan yang ada pada angin ini, dan dari keburukan yang angin ini dikirim".
[Shahih, HR. At-Tirmidzy dalam Sunan-nya(2252), Ahmad dalam Al-Musnad (5/123/no.21176)Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (2756)]. 
 -
Hadits KEDUA:
-
( لا تسبوا الريح . فإنها من روح الله تأتي بالرحمة والعذاب . ولكن سلوا الله من خيرها وتعوذوا بالله من شرها )
-
"Angin itu merupakan rahmat Allah, Dia datang dengan membawa rahmat dan datang dengan membawa adzab. Jika kalian melihatnya,
maka janganlah kalian mencelanya. Mintalah kebaikannya kepada Allah dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya."
(Shahih, HR ibnu Majah (3727), di shahihkan oleh Al-Albani, Al-Arna'ut, dll)

-
Hadits KETIGA
-
كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا عصفت الريح قال اللهم إني أسألك خيرها وخير ما فيها وخير ما أرسلت به وأعوذ بك من شرها وشرما فيها وشر ما أرسلت به
Rasulullah apabila mendapati kedatangan angin, maka beliau berdo'a: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMU kebaikan angin ini, kebaikan sesuatu yang ada di dalamnya dan kebaikan sesuatu yang dia diutus dengannya
dan aku berlindung kapadaMU dari kejahatannya, kejahatan sesuatu yang ada di dalamnya dan kejahatan sesuatu yang dia diutus dengannya."
(Shahih, HR Muslim (2122), Al-Baihaqi dalam Sunanul Kubro (6255))

-------------------------------------------------
Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alusy Syaikh-rahimahullah- berkata, "Angin itu berhembus dengan penciptaan Allah -Ta’ala-’ dan perintah-Nya, karena Allah yang menciptakannya dan memerintahkannya. Maka mencelanya berarti mencela Pelakunya, yaitu Allah -Ta’ala-,

sebagaimana telah berlalu tentang larangan mencela masa, dan ini menyerupainya. Tak ada yang melakukannya, kecuali orang yang bodoh terhadap Allah dan agama-Nya,dan terhadap perkara yang Dia syariatkan kepada hamba-hamba-Nya.

Jadi, Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- melarang orang-orang yang beriman dari perkara yang dikatakan oleh orang-orang yang bodoh dan kasar. Beliau membimbing mereka kepada perkara yang disukai untuk dikatakan pada saat angin berhembus, yaitu beliau bersabda,

" Jika kamu melihat apa yang kamu tidak sukai dari angin itu maka katakanlah, "Ya Allah, kami mohon kepada-Mu dari kebaikan angin ini, dan dari kebaikan yang ada pada angin ini, dan dari kebaikan yang angin ini dikirim. Kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, dan dari keburukan yang ada pada angin ini, dan dari keburukan yang angin ini dikirim".

Di dalam do’a ini terdapat peribadahan kepada Allah, ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, dan menolak keburukan-keburukan; menyebut karunia dan nikmat Allah. Inilah keadaan orang-orang yang bertauhid dan beriman.

Berbeda dengan keadaan orang-orang yang fasik dan penuh dengan maksiat, orang-orang yang dihalangi dari mencicipi rasa tauhid yang merupakan hakikat iman". (Lihat Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid (hal. 559), cet. Dar Alam Al-Kutub, 1417 H)
Penulis: Lilik i (Abu Utsman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar