KEBERKAHAN AIR HUJAN

Inilah Sebuah Rizki Yang Benar-benar Sangat di Butuhkan Seluruh Mahluk Bumi

Apa itu?? Ia adalah Air Hujan
Dengan
Air hujan manusia dapat hidup, hewan dapat hidup, tumbuhan dapat hidup,
air di Bumi menjadi melimpah. Jika tidak ada air hujan, bagaimanakah
makhluk yang ada di muka bumi??? Coba Renungkan... Kenapa sedikit
bersyukur....
Dalil-Dalil Keberkahan Hujan
Allah ta’ala berfirman :
وَنَزَّلْنَا
مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا
“Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi (mubaarak)…” [QS. Qaaf : 9].
Yaitu : Banyaknya kebaikan dan barakah. [Tafsir Al-Baghawiy 4/221 dan Tafsir Al-Qurthubiy
17/6.]
Allah jalla wa ‘alaa juga berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” [QS. Al-A’raf : 96].
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
أي قطر السماء ونبات الأرض
“Yaitu
hujan dari langit dan tumbuh-tumbuhan di bumi”. [ Tafsir Ibni Katsiir 2/234].
Pada Tafsir Al-Khaazin 2/266 disebutkan :
سمي المطر بركة السماء لثبوت البركة فيه وكذا ثبوت
البركة في نابت الأرض لأنه نشأ عن بركات السماء وهي المطر
“Hujan
dinamakan sebagai berkah dari langit karenanya keberadaan berkah
padanya. Begitu juga keberkahan yang yang ada pada tumbuh-tumbuhan di
bumi karena tumbuh dari berkah yang datang
dari langit, yaitu hujan”.]
Al-Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
((ما أنزل الله من السماء من بركة إلا أصبح فريق من
الناس بها كافرين. ينزل الله الغيث فيقولون : الكوكب كذا وكذا)) وفي رواية :
((بكوكب كذا وكذا)).
“Tidaklah Alah menurunkan berkah dari langit melainkan ada sekelompok manusia
yang menjadi kafir. Allah menurunkan hujan, lalu mereka berkata : ‘Bintang ini dan itu’ – dan dalam riwayat lain : - dengan sebab bintang ini dan itu”. [Shahih Muslim 1/84, Kitaabul-Iimaan, Baab Bayaani
Kufri Man Qaala Muthirnaa bin-Nau’.]
Keberkahan Hujan dan Manfaatnya
Di
antara keberkahan hujan adalah manusia dapat minum darinya, serta
hewan-hewan ternak dan melata. Ia juga dapat menumbuhkan buah-buahan,
pepohonan, dan rerumputan.
Oleh karena itu, air dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ
“Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [QS. Al-Anbiyaa’ : 30].
Al-Imam Ibnu Jariir rahimahullah berkata dalam Tafsir-nya mengenai ayat ini :
وأحيينا
بالماء الذي ننزله من السماء كل شيء
“Dan Kami (Allah) menghidupkan segala sesuatu dengan air yang Kami turunkan dari langit”. [Tafsir Ath-Thabariy 17/20.]
Maka, hujan bermanfaat bagi manusia dalam banyak kebutuhan
hidup mereka.
Allah tabaaraka wa ta’ala telah mensifatkan manfaat dan keberkahan turunnya hujan kepada makhluknya sebagai satu nikmat pada banyak ayat dalam Al-Qur’an Al-Kariim. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala
:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ * يُنْبِتُ
لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ
كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً
لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dia-lah,
Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan” [QS. An-Nahl : 10-11].
Juga firman-Nya :
وَهُوَ
الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا * لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً
مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا
وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا * وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا
فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
“Dialah
yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya
(hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami
menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami
memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami,
binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan
sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia
supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia
itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)” [QS. Al-Furqaan : 48-50].
Juga firman Allah tabaaraka
wa ta’ala :
وَنَزَّلْنَا
مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ
الْحَصِيدِ * وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ * رِزْقًا
لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً
مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
“Dan
Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
dan pohon kurma yang tinggi-tinggi
yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, dan pohon kurma yang
tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. untuk menjadi
rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah
yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.”
[QS. Qaaf : 9-11].
Allah ta’ala menyebutkan
hujan sebagai kebersihan dan rahmat, sebagaimana telah lalu
penjelasannya. Allah juga menamainya dengan rizki, berdasarkan
firman-Nya :
وَمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
“Dan rizki yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya” [QS. Al-Jaatsiyyah : 5].
Al-Imam Al-Baghawiy rahimahullah berkata :
يعني الغيث الذي هو سبب أرزاق العباد.
“Yaitu hujan yang merupakan sebab diberikannya rizki seorang hamba”.[Tafsir Al-Baghawiy 4/157.]
Berdasarkan
penjelasan mengenai manfaat hujan dan kebaikan yang banyak darinya, maka hujan adalah sesuatu yang diberkahi (mubaarak).
Disyari’atkannya shalat istisqaa’ ketika terjadi kekeringan dan lama tidak turun hujan, sebagaimana
hal itu telah diketahui.
Hal yang Disyari’atkan Ketika Hujan Turun
Disyari’atkan ketika hujan turun untuk mengucapkan :
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَيِّباً نَافِعاً.
“Ya
Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy. [Shahih Al-Bukhariy 2/21, Kitaabul-Istisqaa’, Baab Maa Yuqaalu Idzaa Matharat.]
Juga hendaknya ia mengucapkan :
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ
“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah”.
Doa ini berdasarkan hadits yang terdapat dalam Shahiihain, bahwasannya Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para shahabatnya pada suatu hari yang malam harinya diguyur hujan :
(هل
تدرون ماذا قال ربكم). قالوا: الله ورسوله أعلم، قال: (أصبح من عبادي مؤمن
بي وكافر، فأما من قال: مطرنا بفضل الله ورحمته، فذلك مؤمن بي كافر
بالكواكب، وأما من قال: بنوء كذا وكذا، فذلك كافر بي مؤمن بالكواكب).
“Apakah kalian tahu apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian ?”.
Para shahabat menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah
telah berfirman : ‘Pagi hari ini ada di antara hambaku yang beriman
kepada-Ku dan ada pula yang
kafir. Adapun yang berkata : ‘Kita diberi hujan karena karunia dan
rahmat Allah’ ; maka ia telah beriman kepada-Ku dan kafir terhadap
bintang-bintang. Adapun yang berkata : ‘Kita diberi hujan karena bintang
ini dan itu’ ; maka ia telah
kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang”. [Shahih Al-Bukhariy 2/23, dan Shahih Muslim 1/83],
Disunnahkan untuk berhujan-hujan saat turun hujan dan mengeluarkan kendaraan
dan bajunya akan terkena hujan.
Perbuatan tersebut didasarkan oleh hadits yang terdapat pada Shahiihain, dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu dalam istisqaa’-nya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam di hari Jum’at. Dalam hadits itu disebutkan :
ثم لم ينزل عن منبره حتى رأيت المطر يتحادر على لحيته.
“Kemudian, beliau shallallaahu ‘alaihi
wa sallam belum lagi turun dari minbar, aku melihat hujan telah membasahi jenggot beliau”. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dalam Shahih-nya 2/22, dan Muslim dalam Shahih-nya 2/612]
Juga hadits yang terdapat
dalam Shahih Muslim dari Anas bin Malik radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
أصابنا ونحن مع رسول الله صلى الله عليه وسلم مطر. قال : حسر رسول الله صلى الله عليه وسلم ثوبه حتى أصابه المطر فقلنا
يا رسول الله لم صنعت هذا؟ قال: لأنه حديث عهد بربه
“Kami pernah diguyur hujan bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyingkap
pakaiannya hingga terkena hujan. Kami pun bertanya kepada beliau :
‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan itu ?’. Beliau menjawab : ‘Karena hujan baru saja diturunkan oleh Rabb-nya”.[Shahih Muslim 2/615]
Al-Imam Al-Bukhariy meriwayatkan dalam kitab Al-Adabul-Mufrad, bahwasannya Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma apabila turun hujan dari langit, ia berkata :
يا جارية، أخرجي سرجي،
أخرجي ثيابي. ويقول : (وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ َ مَاءً مُبَارَكاً).
“Wahai pelayan, keluarkanlah pelanaku dan pakaianku”. Kemudian ia (Ibnu ‘Abbas) membaca ayat : “Dan Kami turunkan
dari langit air yang dibekahi”.[ [1][13] Al-Adabul-Mufrad oleh Al-Bukhariy, hal. 542, Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil-Mufrad hal. 476]
[selesai – diambil dari buku At-Tabarruk,
Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu oleh Dr. Naashir bin ‘Abdirrahman bin
Muhammad Al-Juda’iy, hal. 183-186; Maktabah Ar-Rusyd, Cet. Thn. 1411 H,
Riyadl – Abul-Jauzaa’, 21 Ramadlan 1430 H].
Tambahan :
Hendaknya seseorang tidak menolak turunnya hujan, sebab hujan
adalah berkah. Jika pun itu ia ingin lakukan, maka yang disunnahkan
adalah berdoa kepada Allah ta’ala agar hujan dialihkan ke tempat lain yang membutuhkan, sebagaimana doa Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلا عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ.
“Ya Allah, berikanlah hujan di sekitar kami, jangan kepada
kami. Ya Allah, berikanlah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit,
perut lembah, dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan”. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 1013,
Muslim 897, Ibnu Khuzaimah no. 1778, Abu Ya’laa no. 3334 & 3509, Ibnu Hibban no. 2858-2859].
(Lilik ibadurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar