Minggu, 29 September 2013

HIDANGAN PANAS BERASAP TUNDALAH SEBENTAR....

 
Hidangan Panas Berasap

Jika Makanan Anda Panas Berasap, Tundalah Sebentar Hingga Hilang Uap / Asap Panasnya..


Menunda makanan yang masih panas berasap hingga Hilang Asap Panasnya

Wahai saudara-saudaraku, Mari kita tunda sebentar makanan panas berasap yang kita makan, hingga hilang Uap Panasnya. biar rasanya lebih enak dan tidak membahayakan tubuh kita. Terlebih lagi kita kepingin mencontoh Rasulullah.

Wah,,Terkadang kita melihat sebagian orang yang menyukai makanan dan minuman yang Sangat panas berasap bahkan yang masih mendidih,

alasannya semakin panas maka hidangan tersebut akan terasa lebih mantap, lebih pemberani dan lebih jantan, tanpa menghiraukan rusaknya gigi, lidah, tenggorokan, lambung, dll.

Padahal tidak ada salahnya jika kita membiarkan sebentar makanan tersebut hingga benar-benar hilang dari asap panasnya meskipun masih terasa panas yang penting asap panasnya telah hilang. jika mau di tunda hingga menghangat juga boleh-boleh saja.

Makanan yang telah hilang uap panasnya tentu rasanya lebih enak dan tidak membahayakan bagi tubuh kita meskipun masih terasa panas. Asalkan asap panasnya telah hilang maka tidak mengapa untuk di makan.

Marilah kita perhatikan bagaimana adab dan tuntunan nabi kita didalam makan dan minum:
---------
1. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam membenci seseorang yang makan/minum hidangan yang masih panas berasap.

Dalam sebuah hadits di sebutkan,

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَيِّ، وَكَانَ يَكْرَهُ شُرْبَ الْحَمِيمِ
رواه أحمد وحسنه الأرناؤوط

Uqbah ibnu Amir Radhiyallahu anhu berkata: "Rasulullah juga membenci seseorang yang meminum minuman yang masih panas -berasap-"

(Hasan Shahih HR Ahmad (17426),di hasankan oleh Syeikh Syu'aib al arna'ut dalam tahqiq Al-Musnad)
-------
2. Semakin tinggi uap panas hidangan tersebut, maka semakin sedikit berkahnya.

Namun jika hidangan tersebut semakin hilang uap panasnya, maka semakin besar pula berkahnya. ini menunjukkan bahwa makanan hangat banyak berkahnya.

Dalam sebuah hadits di sebutkan:

عن أسماء بنت أبي بكر .أنها كانت إذا ثردت غطته شيئا حتى يذهب فوره ثم تقول : إنى سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: " إنه أعظم للبركة . يعني الطعام الذي ذهب فوره "
أخرجه الدارمي ( 2 / 100 ) و ابن حبان وغيره وصححه الألباني في سلسلة الأحاديث الصحيحة:
392

Dari Asma binti Abu Bakr, sesunguhnya beliau jika beliau membuat roti tsarid wadahnya beliau ditutupi sampai asap panasnya hilang kemudian beliau mengatakan, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya makanan yang sudah hilang asap panasnya itu lebih besar berkahnya”.
[Shahih, HR Hakim no 7124. Hakim mengatakan, “Hadits sahih sesuai dengan kriteria Muslim”. Pernyataan beliau ini disetujui oleh adz Dzahabi. Hadits di atas dimasukkan oleh al Albani dalam Silsilah Shahihah jilid 1 bag 2 no hadits 392].
--------
3. Rasulullah sendiri tidak mau makan makanan yang masih panas berasap.

Dalam hadits disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: أُتيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بِطَعَامٍ سُخْنٍ، فَقَالَ: مَا دَخَلَ بَطْنِي طَعَامٌ سُخْنٌ مُنْذُ كَذَا وَكَذَا قَبْلَ الْيَوْمِ، أخرجه الْبَيْهَقِيِّ وحسنه البوصري والمنذري

Artinya:
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: Pada suatu hari Rasulullah di hidangkan sebuah makanan yang masih panas berasap,

lalu beliau berkata: tidak akan masuk kedalam perutku makanan yang panas berasap sejak saat ini dan sebelumnya.
(Hasan HR al-Baihaqi dalam Sunanul Kubro (14407), di hasankan imam al-Bushiri dalam misbahuz zujajah (2/313), di hasankan juga oleh al-haitsami, al-Mundziri dan ibnu Hajar (fathul Bari (11/293))
----------
4. Rasulullah menegur Haulah binti Qois, ketika ia menyediakan hidangan yang sangat panas ke Rosulullah.

Dalam hadits di sebutkan:

عَنْ خَوْلَةَ بنتِ قَيْسٍ، وَكَانَتْ تَحْتَ حَمْزَةَ بن عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، قَالَتْ دَخَلَ عَلِيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَعَلْتُ لَهُ خَرِيزَةً، فَقَدَّمْتُهَا إِلَيْهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِيهَا فَوَجَدَ حَرَّهَا، فَقَبَضَهَا، فَقَالَ:يَا خَوْلَةُ، لا نَصْبِرُ عَلَى حَرٍّ، وَلا بَرْدٍ، وفي رواية: وَضَعَ يَدَهُ فِيهَا احْتَرَقَتْ، فَقَالَ:حَسِّ

Artinya:
Haulah binti Qois Radhiyallahu anha berkata: "Ketika aku menghidangkan sebuah wadah, didalamnya berisi roti (yang panas) untuk Rasulullah,

lalu beliau memasukkan jari-jarinya kedalam wadah tersebut, dan tiba-tiba jari-jari beliau terasa panas menyengat, lalu beliau menggenggam jari-jari seraya berkata (dengan teguran):

Wahai Haulah! Tidakkah kita bersabar untuk menunda hidangan yang sangat panas dan menunggu hingga dingin,

Dalam riwayat lain: sampai jari-jari beliau melepuh karena panasnya, seraya berucap: Has (aduh)!.
(shahih HR Tabrani dalam Mu'jamul Kabir (20055) dan Ahmad, di shahihkan oleh imam Al-Haitsami dalam Majma' Zawa'id (3/31), bi majmu'it turuq).
-----
5. Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu juga membenci hidangan yang masih panas berasap.

Di sebutkan dalam atsar Abu Hurairah:

عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال : " لا يؤكل طعام حتى يذهب بخاره " .
أخرجه البيهقي بإسناد صحيح كما بينته في " الإرواء " ( 2038 ) .

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata: "Tidak boleh memakan makanan kecuali jika telah hilang asap panasnya" (Shahih mauquf HR Baihaqi, (as-Shahihah: 392, irwa’: 2038))

6. Sahabat Abu Dzar juga menyuruh orang-orang untuk membiarkan hidangan yang masih panas berasap sampai hidangat tersebut hilang asap panasnya.

Di sebutkan dalam atsar Abu Dzar:

عَنْ عُمَيْرِ بْنِ فَائِضٍ اللَّخْمِىِّ قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ أَبِى ذَرٍّ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ بِإِيلِيَاءَ قَاعِدًا فَأُتِىَ بِقَصْعَةٍ تَفُورُ فَوُضِعَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ : دَعُوهَا حَتَّى يَذْهَبَ بَعْضُ حَرَارَتِهَا. رواه البيهقي في سنن الكبرى

Umair ibnu Fa'idh al-Lakhmi Rahimahullah berkata: "aku pernah duduk bersama Abu Dzar ketika di negeri iliya', saat itu di hidangkanlah sebuah nampan yang berisi makanan yang sangat panas,

lalu hidangan tersebut diletakkan di depan Abu Dzar, saat itu beliau berkata: "Biarkan dulu hidangan tersebut hingga telah hilang sebagian panasnya".
(Hasan mauquf HR al-Baihaqi, di hasankan Syeikh syu'aib Al Arna'ut).

Jadi larangan memakan hidangan yang begitu panas berasap hukumnya makruh karena rosulullah membenci hal tersebut.

Adapun yang di anjurkan adalah memakan/minum dari hidangan yang telah hilang asap panasnya meskipun masih terasa panas. boleh juga menunda hingga hangat, dan tidak mengapa memakan makanan yang telah menjadi dingin.

Maraji': A-Adab As-Syar'iyyah, karya: Muhammad ibnu Muflih al-Maqdisi
,dll.

Penulis: Lilik Ibadurrohman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar