
Rasulullah telah menjadi teladan para shahabatnya, serta
menjadi panutan kita dalam melangkah dan mengarungi samudera yang dahsyat
dengan gelombangnya kehidupan. Beliau adalah sebaik-baik teladan bagi umatnya.
Allah Ta'ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ
اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ
وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
Artinya:
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak
berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)
Imam As Sa’dy mengatakan di dalam tafsirnya hal. 609,
“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik
yaitu dari sisi di mana beliau menghadiri sendiri suara hiruk pikuk dan
langsung terjun ke medan laga.
Beliau adalah orang yang mulia dan pahlawan yang gagah
berani. Lalu bagaimana kalian menjauhkan diri kalian dari perkara yang
Rasulullah bersungguh-sungguh melaluinya seorang diri? Maka jadikanlah dia sebagai panutan kalian
dalam perkara ini dan sebagainya.”
Kemudian dikatakan oleh Imam As Sa’dy dalam tafsirnya: “Suri
teladan itu ada dua macam yaitu yang baik dan yang buruk. Suri teladan yang
baik itu ada pada diri Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wassalam karena orang
yang menjadikannya sebagai suri teladan, sungguh dia telah menempuh jalan yang
akan menyampaikan kepada kemuliaan yang ada di sisi Allah. Itulah jalan yang
lurus.
Adapun menjadikan selain Rasulullah sebagai suri teladan,
apabila orang tersebut menyelisihi beliau, maka itu adalah suri teladan yang
jelek seperti ucapan orang musyrik ketika diseru untuk menjadikan Rasulullah
sebagai suri teladan, mereka mengatakan:
‘Sesungguhnya kami telah menemukan bapak-bapak kami di atas
satu ajaran dan kami di atas agama mereka mengikut.’ Suri teladan yang baik ini
akan ditempuh dan akan mendapatkan taufiq atasnya, oleh orang-orang yang
mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan kebahagiaan di hari akhir.
Yang mendorongnya untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri
teladan yang baik adalah iman, takut kepada Allah, berharap pahala dari-Nya,
dan takut terhadap adzab-Nya". [Selesai perkataan As-Sa'di]
Al Hafidz Ibnu Katsir, dalam tafsir 3/483, mengatakan: “Ayat
ini merupakan landasan pokok menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan dalam
ucapan-ucapan beliau, perbuatan-perbuatan, dan dalam semua keadaan
beliau.”
Keteladanan Rasulullah
Keteladanan Rasulullah telah dinobatkan sendiri oleh Allah
di dalam Al Qur’an. Ini menunjukkan kesempurnaan Rasulullah dari semua sisi
kemanusiaan yang tidak dimiliki oleh selainnya, dahulu maupun sekarang.
Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Al Fawaid hal. 172
mengatakan: “Tatkala Rasulullah menampakkan sangat butuhnya beliau kepada Allah
(beribadah), yang demikian itu menjadikan sangat butuhnya manusia kepadanya
baik di dunia dan di akhirat.
Kebutuhan mereka (manusia) di dunia (terhadap Rasulullah)
jauh lebih penting dibandingkan dengan kebutuhan mereka terhadap makanan dan
minuman, serta ruh yang merupakan kehidupan jasad.
adapun kebutuhan manusia kepada Rasulullah di akhirat yaitu
ketika seluruh manusia di saat itu meminta kepada semua Rasul agar meminta
kepada Allah syafa’at yang akan membebaskannya dari kedahsyatan hidup.
Semua nabi di saat itu tidak sanggup untuk melakukan
demikian. Lalu beliau -memberikan syafa’at kepada mereka dan dialah yang
meminta agar dibukakan bagi mereka pintu surga.” [selesai perkataan ibnul
Qoyyim].
Aisyah Radhiyallahu Anha pernah menceritakan
Akhlak Rasulullah:
عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامِ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: أَتَيْتُ
عَائِشَةَ، فَقُلْتُ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، أَخْبِرِينِي بِخُلُقِ رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: " كَانَ خُلُقُهُ
الْقُرْآنَ،
Sa'ad bin Hisyam bin Amir pernah menemui Aisyah, lalu ia
bertanya: Wahai Ummul Mu'minin, kabarkan kepadaku tentang Akhlaknya
Rasulullah..? Lalu Aisyah menjawab: “Akhlaknya Nabi adalah Al Qur’an.” (Shahih,
HR Ahmad (24601), di shahihkan oleh imam Al-Arna'ut dalam Tahqiq Musnad Ahmad).
Inilah jawaban dari seorang shahabiyah yang faqih dan
mengetahui secara jelas di hadapan matanya bagaimana Rasulullah berkata,
berbuat, dan bertingkah laku, dikarenakan beliau adalah isteri Rasulullah.
Jawaban yang sangat singkat dan mencakup segala perkara kebaikan di dalam agama
ini.
Rasulullah Memiliki Sifat Penyayang
Di antara bentuk keteladan beliau adalah penyayang. Apakah
anda memiliki sifat kasih sayang kepada sesama? Dan sudahkah anda berhias
dengan sifat ini? Sifat Rasulullah ini telah diceritakan oleh Allah di dalam
Al-Qur’an.
Allah Ta'ala berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
(128)
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari
diri-diri kalian. Sangat bersedih terhadap apa yang memberatkan kalian dan
bersemangat (untuk memberikan hidayah) kepada kalian dan lemah lembut dan
penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”
(At-Taubah: 128)
Allah Ta'ala juga berfirman,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ
عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ..
yang artinya:
“Muhammad adalah Rasul Allah dan orang-orang yang
menyertainya sangat keras terhadap orang kafir dan penyayang antara sesama
mereka.”
(Al-Fath: 29)
Dalam ayat lain:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ...
“Maka dengan rahmat Allahlah kamu menjadi lemah lembut
terhadap mereka dan jika kamu berkeras hati niscaya mereka akan lari darimu.”
(Ali-‘Imran: 159)
Sekali lagi sudahkah anda berhias dengan sifat ini???
Padahal Rasulullah
bersabda:
إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه ولا ينزع من شيء إلا شانه
“Tiadalah sifat kelemahlembutan itu ada pada sesuatu
melainkan akan menjadikannya indah dan tidaklah tercabut dari sesuatu melainkan
akan menjadikannya jelek.”
(HR. Muslim (2594) dari shahabat ‘Aisyah)
Dan Rasulullah bersabda:
" من لم
يرحم صغيرنا ويعرف حق كبيرنا فليس منا
“Bukan termasuk dari kami orang yang tidak menyayangi yang
kecil dan menghormati yang besar.”
(Shahih, HR. Abu Daud (4943) dan Tirmidzi (1920) dari
shahabat Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash)
Sumber Rujukan
1. Tafsir As-Sa'di, 2.
Tafsir ibnu Katsir, 3. Al Fawaid, Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah
(Lilik Ibadurrohman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar