Wahai teman-teman, berikut ini ada 'amalan yang sangat
mulia' yaitu membalas kebaikan seseorang yang pernah membantu anda, baik orang
tersebut membantu anda secara materi maupun jasa/tenaga secara ikhlas.
Dan anda pun juga bisa membalasnya meskipun anda tidak punya
harta yang anda pakai untuk membalas budi secara langsung, Mau tau
caranya ??
Berikut ini ada 5 cara/tips, jika ke lima tips ini diamalkan
maka anda termasuk orang yang benar-benar mampu membalas budi terhadap kebaikan
orang-orang yang membantu anda, dan pahala yang anda dapatkan juga sangat
besar. bahkan anda termasuk orang yang paling banyak bersyukur kepada
Allah.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallambersabda:
مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا
يَشْكُرُ اللَّهَ
"Barangsiapa
yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidaklah bersyukur kepada
Allah"
(HR. at Tirmidzi; dan
ia menilainya hasan shahih; dishahihkan oleh syaikh al-albani).
Memang benar bahwasanya orang yang berinfak dengan hartanya / ingin membantu suka rela dengan tenaganya harus benar-benar ikhlas, tanpa pamrih/tanpa mengharapkan balasan dari orang yang menerima, bahkan tanpa mengharapkan rasa terima kasih sekalipun.
[hal ini hendaknya di perhatikan bagi orang-orang yang
berinfak dan orang yang ingin menolong secara sukarela, agar bisa menjaga
keikhlasannya dan bisa mendapatkan pahala dari Allah]. Sebagaimana dalam firman
Allah QS. Al-Insan: 9 :
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ
جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Artinya:
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanya mengharapkan
ridha dari Allah, kami tidak mengharapkan balasan dari kalian dan tidak pula
ucapan terima kasih" (QS. Al-Insan: 9)
Namun meskipun demikian Allah memerintahkan bagi si penerima
untuk membalas dan berterima kasih kepada orang yang memberi kebaikan kepadanya
(meskipun tanpa ada tuntutan bagi orang yang memberi).
------------------------
Ada 5 tips (amalan sunnah) yang sangat di tekankan oleh
Rasulullah, agar kita termasuk orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah
dan termasuk orang yang paling mampu untuk balas budi. inilah ke lima tips
tersebut :
(1)..UCAPKANLAH UCAPAN TERIMA KASIH seperti yang di ajarkan oleh Rasulullah, (Yaitu ucapan: JAZAKUMULLOHU KHOIRON), karena ucapan ini terkandung do'a kebaikan.
-Lihatlah hadits berikut ini:
(1)..UCAPKANLAH UCAPAN TERIMA KASIH seperti yang di ajarkan oleh Rasulullah, (Yaitu ucapan: JAZAKUMULLOHU KHOIRON), karena ucapan ini terkandung do'a kebaikan.
-Lihatlah hadits berikut ini:
من
صنع إليه معروف فقال لفاعله جزاك الله خيرا فقد أبلغ في الثناء
“Barangsiapa yang diberikan sesuatu kebaikan, maka hendaknya dia mengucapkan "jazakallohu khoiron" (Semoga Allah membalas kebaikanmu) kepada orang yang memberi kebaikan.Sungguh hal yang demikan telah Bersungguh-Sungguh Dalam Berterima Kasih.”
[Shahih HR At-Tirmidzi (2035) dan Ath-Thabrani dalam Mu'jam Ash-Shaghir (148/2); dishahihkan oleh syaikh al-albani].
-Rasulullah
juga mempraktekkannya, pernah tatkala beliau di beri hadiah berupa daging
kambing yang telah di panggang (sate) oleh sebagian dari sahabat Anshor
(seperti Abdullah bin amru bin haram dan keluarganya)
Lalu beliau membalas dengan mengucapkan:
جزى
الله الأنصار عنا خيرا و لا سيما عبد الله بن عمرو بن حرام و سعد بن عبادة
"Jazahullahul Anshor anna khoiron".. La siyama Abdullah ibnu Amru
ibnu haram, Wa Sa'ad ibnu Ubadah.
(Shahih HR Al-Hakim (7099), di shahihkan oleh Al-Hakim, dan di sepekati oleh imam Adz-Dzahabi)
-------------------
(2). DO'AKANLAH ORANG YANG MEMBERI -DENGAN DO'A DO'A YANG BERMANFA'AT- SECARA LANGSUNG (di hadapannya), ATAU SECARA TIDAK LANGSUNG (bi dzohril ghoib):
-Dalam kisah yang shahih, suatu saat Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam mengunjungi sebagian Sahabat dan menyantap hidangan makanan yang disajikan kepadanya di rumah mereka.
Ketika Beliau telah selesai dan hendak berpamitan, bergegas tuan rumah berkata: Ya Rasûlullâh, tolong doakanlah bagi kami kebaikan…”.
Maka Rasûlullâh berdo'a (secara langsung):
(Shahih HR Al-Hakim (7099), di shahihkan oleh Al-Hakim, dan di sepekati oleh imam Adz-Dzahabi)
-------------------
(2). DO'AKANLAH ORANG YANG MEMBERI -DENGAN DO'A DO'A YANG BERMANFA'AT- SECARA LANGSUNG (di hadapannya), ATAU SECARA TIDAK LANGSUNG (bi dzohril ghoib):
-Dalam kisah yang shahih, suatu saat Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam mengunjungi sebagian Sahabat dan menyantap hidangan makanan yang disajikan kepadanya di rumah mereka.
Ketika Beliau telah selesai dan hendak berpamitan, bergegas tuan rumah berkata: Ya Rasûlullâh, tolong doakanlah bagi kami kebaikan…”.
Maka Rasûlullâh berdo'a (secara langsung):
( اللهم بارك لهم في ما
رزقتهم واغفر لهم وارحمهم )
“Ya Allâh…
berkahilah bagi mereka semua rizki yang telah Engkau limpahkan kepada mereka,
Ampunilah mereka, dan sayangilah mereka”.
[HR. Muslim no.5296].
-Dalam kisah lain, Abdullah bin Abbas pernah menyediakan air wudzu untuk Rasulullah, Maka Beliau Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam (membalas kebaikannya dengan) berdoa:
[HR. Muslim no.5296].
-Dalam kisah lain, Abdullah bin Abbas pernah menyediakan air wudzu untuk Rasulullah, Maka Beliau Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam (membalas kebaikannya dengan) berdoa:
اللَّهُمَّ
فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ.
“Ya
Allâh, berikanlah dia (Ibnu ‘Abbâs) pemahaman dalam agama". [HR.
al-Bukhâri no.143]
-----------------------
(3). SENANTIASA MENGINGAT 'KEBAIKAN ORANG YANG MEMBERI'
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ
yang
artinya: "…dan janganlah kalian melupakan keutamaan (siapapun) di antara
kalian… (QS. al-Baqarah/ 2:237)
Mengenai penafsiran ayat di atas, adh-Dhahhâk rahimahullâh berkata: “Keutamaan yang dimaksud adalah budi baik”.
Sa`id bin Jubair rahimahullâh berkata: “Jangan kalian melupakan kebaikan”.
Demikian pula, Qatâdah, Abu Wâ’il, as-Suddi dan lainnya menjelaskan bahwa pengertiannya adalah “janganlah kalian meremehkan (melupakan) kebaikan di antara kalian…”
[Lihat Tafsir at-Thabari atsar no. 5379 dan 5380, Tafsir Ibnu Katsîr 1/648-649]
Maka janganlah seseorang di antara kita mudah melupakan budi baik orang lain. Sungguh, seseorang yang melupakan budi baik orang lain adalah seseorang yang tidak pandai berterima kasih.
Padahal berterima kasih kepada manusia atas kebaikan mereka adalah bagian dari makna bersyukur kepada Allâh Ta’ala.
-----------------------
(4). MEMBALAS KEBAIKANNYA DI SAAT LAPANG/ MEMILIKI KELUASAN REZEKI.
Seperti ada orang yang memberi hadiah, lalu suatu saat ketika punya rizki lebih ia membalasnya dengan hadiah pula. Hal ini merupakan balasan yang sangat di anjurkan apabila anda telah memiliki kemampuan dari sisi materi. Jika belum punya, anda cukup mendo'akannya.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
Mengenai penafsiran ayat di atas, adh-Dhahhâk rahimahullâh berkata: “Keutamaan yang dimaksud adalah budi baik”.
Sa`id bin Jubair rahimahullâh berkata: “Jangan kalian melupakan kebaikan”.
Demikian pula, Qatâdah, Abu Wâ’il, as-Suddi dan lainnya menjelaskan bahwa pengertiannya adalah “janganlah kalian meremehkan (melupakan) kebaikan di antara kalian…”
[Lihat Tafsir at-Thabari atsar no. 5379 dan 5380, Tafsir Ibnu Katsîr 1/648-649]
Maka janganlah seseorang di antara kita mudah melupakan budi baik orang lain. Sungguh, seseorang yang melupakan budi baik orang lain adalah seseorang yang tidak pandai berterima kasih.
Padahal berterima kasih kepada manusia atas kebaikan mereka adalah bagian dari makna bersyukur kepada Allâh Ta’ala.
-----------------------
(4). MEMBALAS KEBAIKANNYA DI SAAT LAPANG/ MEMILIKI KELUASAN REZEKI.
Seperti ada orang yang memberi hadiah, lalu suatu saat ketika punya rizki lebih ia membalasnya dengan hadiah pula. Hal ini merupakan balasan yang sangat di anjurkan apabila anda telah memiliki kemampuan dari sisi materi. Jika belum punya, anda cukup mendo'akannya.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
ومن
آتى إليكم معروفا فكافئوه فإن لم تجدوا فادعوا له حتى
تعلموا أن قد كافأتموه
"Dan
barangsiapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah (kebaikannya) dengan
kebaikan yang setimpal dan jika kalian tidak mendapat sesuatu untuk membalasnya
kebaikannya maka berdo’alah untuknya sampai kalian merasa telah membalas
kebaikannya.”
(Shahih, HR. Ahmad; Nasa'i (2567), dll, dishahihkan oleh al-albani).
(Shahih, HR. Ahmad; Nasa'i (2567), dll, dishahihkan oleh al-albani).
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata :
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ
وَيُثِيبُ عَلَيْهَا
"Rasulullah
selalu menerima hadiah dan beliau juga membalasnya" (Shahih, HR Bukhari
(2585)).
----------------------------
(5). MENYEBUT/MEMUJI KEBAIKAN-KEBAIKANNYA (JIKA DI BUTUHKAN)
Dan lebih baik memuji-mujinya tidak dihadapan orang yang memberi tersebut, untuk menyelamatkan orang tersebut dari RIYA', UJUB dan juga menyelamatkan diri kita dari sifat “cari muka.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
----------------------------
(5). MENYEBUT/MEMUJI KEBAIKAN-KEBAIKANNYA (JIKA DI BUTUHKAN)
Dan lebih baik memuji-mujinya tidak dihadapan orang yang memberi tersebut, untuk menyelamatkan orang tersebut dari RIYA', UJUB dan juga menyelamatkan diri kita dari sifat “cari muka.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
من أولي معروفا فليذكره فمن ذكره فقد شكره ومن كتمه فقد كفره
"Barangsiapa
yang diberikan kepadanya kebaikan maka balaslah setimpal dan barangsiapa yang
tidak mampu, maka 'sebutkanlah kebaikannya', barangsiapa yang menyebut-nyebut
kebaikan, maka ia telah bersyukur (berterima kasih),
dan barangsiapa yang menyembunyikannya (alias tidak menyebut-nyebutnya),
maka ia bukan termasuk orang yang bersyukur". (Hasan, HR. Ahmad dan
At-Thabrani; dihasankan oleh syeikh al-albani dalam Shahih at-Targhiib Wat
Tarhib: (974)).
=============
CONTOH NYATA TENTANG PUJIAN RASULULLAH TERHADAP JASA KHADIJAH
=============
CONTOH NYATA TENTANG PUJIAN RASULULLAH TERHADAP JASA KHADIJAH
Adalah Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa mengingat-ingat jasa dan perjuangan
istrinya tercinta, Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu ‘anha.
Hal ini seperti yang
disebutkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha :
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ وَمَا
رَأَيْتُهَا وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُكْثِرُ ذِكْرَهَا وَرُبَّمَا ذَبَحَ الشَّاةَ ثُمَّ يُقَطِّعُهَا أَعْضَاءً
ثُمَّ يَبْعَثُهَا فِي صَدَائِقِ خَدِيجَةَ فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ كَأَنَّهُ لَمْ
يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلَّا خَدِيجَةُ فَيَقُولُ إِنَّهَا كَانَتْ
وَكَانَتْ وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ. (متفق عليه)
Artinya:
Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata: “Aku belum pernah merasa cemburu
terhadap istri-istri Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam seperti cemburuku atas
Khadijah radhiyallahu ‘anha, padahal aku belum pernah melihatnya. Akan tetapi,
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sering menyebutnya.
Terkadang beliau
menyembelih kambing lalu memotong bagian kambing itu dan beliau kirimkan kepada
teman-teman Khadijah radhiyallahu ‘anhu.
Terkadang aku berkata
kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, ‘Seolah tidak ada wanita di dunia ini
selain Khadijah!’ Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam lalu bersabda,
‘Sesungguhnya Khadijah dahulu begini dan begitu (beliau menyebut kebaikannya
dan memujinya). Saya juga mempunyai anak darinya’.”
(Shahih, HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Semoga ini bermanfaat bagi kita, dan mudah-mudahan kita
menjadi hamba-hamba Allah yang banyak bersyukur kepada-Nya.
(Lilik ibadurrahman)
(Lilik ibadurrahman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar